Dalam pembahasan bab ini akan dijelaskan mengenai Struktur Kalimat. yang dapat kalian pelajari dan dijadikan bahan referensi ilmu pengetahuan. Semoga bermanfaat.
BAB II
BAB II
STRUKTUR KALIMAT
2.1 Definisi Kalimat
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, bahwa peneilitian bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berbahasa Indonesia bagi mahasiswa asing, khususnya tentang penguasaan struktur kalimat.Landasan teori yang relevan dengan pokok masalah tersebut ialah landasan teori tentang struktur kalimat bahasa Indonesia (BI). Sebagaimana kita ketahui, landasan teori tentang struktur kalimat BI itu berbeda-beda, misalnya landasan teori tradisional, struktural, transformasi, dan landasan teori universal. Sehubungan dengan itu, landasan teori yang diterapkan dalam penelitian ini ialah landasan struktural, yang di Indonesia, di antaranya, dikembangkan oleh Ramlan (1963), Keraf (1970), dan Moeliono (1992).
Sebagai sarana pengungkapan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan, satuan gramatik kalimat membawa peran penting dalam komunikasi.Melalui pola kalimat yang benar, komunikasi dapat terjalin dengan baik.Pesan yang ingin disampaikan penulis atau pembicara dapat tersampaikan dengan benar pula kepada pembaca atau pendengar.Di sinilah nilai pentingnya susunan kalimat yang benar dalam berkomunikasi. Pada bagian ini, peneliti akan menyajikan beberapa definisi kalimat menurut beberapa ahli.
| Pembahasan Tentang Struktur Kalimat |
Dardjowidjojo (1988:29) juga menjelaskan bahwa kalimat umumnya 10
berwujud rentetan kata yang disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku. Setiap kata termasuk kelas kata atau kategori kata, dan mempunyai fungsi dalam kalimat.Pengurutan rentetan kata serta macam kata yang dipakai dalam kalimat menentukan pula macam kalimat yang dihasilkan. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat ialah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh, merupakan satuan gramatikal yang dapat berdiri sendiri sebagai satu kesatuan, terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata menurut sistem bahasa yang bersangkutan, dan mempunyai pola intonasi final.
(1) Gita sedang belajar di kelas.
Contoh (1)merupakan sebuah kalimat.Contoh tersebut merupakan bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh merupakan satuan gramatikal yang dapat berdiri sendiri, terdiri atas satu klausa yang ditata menurut sistem bahasa yang bersangkutan, dan mempunyai pola intonasi final.Inilah yang dimaksud kalimat.
Secara struktural, kalimat dapat diklasifikasikan berdasarkan (a) jumlah dan jenis klausa yang terdapat pada dasar, (b) struktur internal klausa utama, (c) jenis responsi yang diharapkan, (d) sifat hubungan aktor—aksi, (e) ada tidaknya unsur negatif pada frase verba utama, (f) kesederhanaan dan kelengkapan dasar, (g) posisinya dalam percakapan, dan (h) konteks dan jawaban yang diberikan
(Cook, 1971:40; Elson dan Picket, 1969: 123-124 dalam Tarigan, 1983:5). Mengenai klasifikasi kalimat tersebut akan diuraikan satu persatu sebagai berikut.
2.2.1 Kalimat Dipandang dari Jumlah dan Jenis Klausa
Dipandang sari segi jumlah dan jenis klausa yang terdapat pada dasar, kalimat dapat dibedakan sebagai (a) kalimat tunggal, (b) kalimat bersusun, dan (c) kalimat majemuk (Cook, 1971:40; Elson dan Picket, 1969: 123-124 dalam Tarigan, 1983:5).
1) Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa bebas, tanpa klausa terikat.
(2) Windi tidur.
(3) Arman makan.
Kalimat (2) dan (3) merupakan contoh kalimat tunggal karena terdiri atas satu klausa bebas.
2) Kalimat Bersusun
Kalimat bersusun adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa bebas, dan sekurang-kurangnya satu klausa terikat.
(4) Dia pegi sebelum matahari terbit.
(5) Kami akan bertanding kalau wasitnya bukan dia.
Kalimat (4) dan (5) merupakan contoh kalimat bersusun, dia pergi dan kami akan bertanding merupakan klausa bebas, sedangkan sebelum matahari terbit dan kalau wasitnya bukan dia merupakan klausa terikat. Istilah kalimat 12
bersusun dapat dipadankan dengan kalimat majemuk bertingkat (bandingkan Moeliono, 1998; Kridalaksana, 2001).
3) Kalimat Majemuk
Kalimat mejemuk merupakan kalimat yang didalamnya terdiri atas beberapa klausa bebas. Istilah kalimat majemuk dalam bagian ini dapat dipadankan dengan kalimat majemuk setara (bandingkan Alwi, 1998; Kridalaksana, 2001), yang dalam strukturnya ditandai oleh konjungtor yang menyatakan hubungan makna aditif, ekuatif, dan ekseptif.
(6) Saya menyuruhnya pergi, tetapi dia tidak bergeming.
(7) Anwar tidak akan bekerja, kecuali gaji bulan lalu telah dibayar.
2.2.2 Kalimat Dipandang dari Segi Struktur Internal Klausa Utama
Dipandang dari segi struktur internal klausa utama, kalimat dapat dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu (1) kalimat sempurna, dan (2) kalimat tak sempurna. Dalam bahasa Inggris kedua jenis kalimat ini mempunyai istilah yang beraneka ragam, misalnya full sentences dan minor sentences (Bloomfield, 1995:171); favourite sentences dan minor sentences (Hocket, 1958:200); principal sentences dan non-principal sentences (Nida, 1946:26); complete sentences dan incomplete sentences (Cook, 1971:40); independent sentences dan dependent sentences (Elson and Picket, 1969:121); major sentences dan minor sentences (Elson and Picket, 1969:38). 13
1) Kalimat Sempurna
Kalimat sempurna merupakan kalimat yang didalam dasarnya terdiri atas sebuah klausa bebas.Oleh karena yang mendasari sesuatu kalimat sempurna adalah suatu klausa bebas, maka kalimat sempurna ini mencakup kalimat tunggal, kalimat bersusun, dan kalimat majemuk.Dengan demikian, kalimat (2-7) merupakan contoh kalimat sempurna.
2) Kalimat Taksempurna
Kalimat tak sempurna merupakan kalimat yang dasarnya hanya terdiri atas sebuah klausa terikat, atau sama sekali tidak mengandung struktur klausa. (Cook, 1971: 47).Kalimat tak sempurna ini mencakup beberapa kalimat-kalimat urutan, sampingan, elips, tambahan, jawaban, seruan, dan minor.
(8) (Mau ke mana nanti sore?)
(9) Ke Jakarta.
Kalimat (9) merupakan jawaban dari kalimat (8).Dengan demikian, kalimat (9) dapat dikategorikan sebagai kalimat tak sempurna.
2.2.3 Kalimat Dipandang dari Segi Responsi yang Diharapkan
Dipandang dari segi responsi yang diharapkan, kalimat dapat dibedakan ke dalam tiga bentuk, yaitu (1) kalimat pernyataan, (2) kalimat pertanyaan, dan (3) kalimat perintah.Ketiga bentuk kalimat ini, dalam konsep pragmatik sering juga disebut dengan istilah modus kalimat. 14
1) Kalimat Pernyataan
Kalimat pernyataan merupakan kalimat yang didalanya mengandung atau dibentuk untuk menyiarkan informasi tanpa mengharapkan responsi tertentu (Cook, 1971: 38). Berikut ini akan disajikan tiga contoh kalimat pernyataan.
(10) Ridwan bermain bola.
(11) Syahidin seorang penyanyi.
(12) Mayan pecandu rokok.
2) Kalimat Pertanyaan
Kalimat pertanyaan adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi yang berupa jawaban (Cook, 1971:49).
(13) Di mana rumahmu?
(14) Siapa nama anak Bu Dian?
Kalimat (13) dan (14) merupakan contoh kalimat pertanyaan dalam bahasa Indonesia.
3) Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi yang berupa tindakan (Cook, 1971: 38).Kalimat perintah dalam terminologi Yule (1970) diistilahkan dengan sebutan kalimat imperatif instruktif, karena kalimat perintah merupakan salah satu bagian dari kalimat bermodus imperatif.Kalimat imperatif memiliki dua jenis, yaitu imepratif instruktif (perintah) dan imperatif rekuestif (permintaan). Berikut ini akan disajikan contoh kalimat imperatif instruktif.
Cepat masuk, Rahma!
(16) Jangan dimakan, Indra!
2.2.4 Kalimat Dipandang dari Segi Sifat Hubungan Aktor-Aksi
Dipandang dari segi sifat hubungan aktor-aksi, kalimat dapat dibedakan ke dalam empat jenis, yaitu (1) kalimat aktif, (2) kalimat pasif, (3) kalimat medial, dan (4) kalimat resiprokal.
1) Kalimat Aktif
Jika subjek suatu kalimat merupakan pelaku perbuatan yang dinyatakan pada predikat, kalimat itu disebut kalimat aktif.Oleh karena itu, kalimat aktif hanya terdapat pada kalimat yang predikatnya berupa verba aktif.Kalimat aktif dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kalimat aktif yang berobjek yang dinamakan transitif dan kalimat aktif yang tidak berobjek yang disebut intransitif.Verba yang mengisi predikat kalimat aktif dinamakan verba aktif.Verba aktif umumnya ditandai oleh awalan me-, seperti menulis, membaca, membawa, mencatat, menyeberangi, dan melintasi.Berikut kalimat (17) dan (18) merupakan kalimat aktif.
(17) Saya menulis surat.
(18) Dia memukul saya.
2) Kalimat Pasif
Jika subjek suatu kalimat tidak berperan sebagai pelaku, tetapi sebagai sasaran perbuatan yang dinyatakan predikat, kalimat it u disebut kalimat pasif.Kalimat semacam ini merupakan kalimat ubahan dari kalimat aktif. Hal ini dilakukan dengan pengubahan unsur objek kalimat aktif menjadi subjek kalimat 16
pasif. Pengubahan ini menyebabkan perubahan bentuk verba pengisi predikat, yaitu verba aktif menjadi verba pasif.Kalimat-kalimat tak berobjek (intransitif) tidak dapat dijadikan kalimat pasif sebelum diubah menjadi kalimat transitif.Di samping ditandai oleh peran subjek sebagai sasaran, kalimat pasif itu ditandai pula oleh bentuk verba pengisi predikatnya. Di dalam bahasa Indonesia ada dua macam bentuk verba pasif, yaitu verba pasif berawalan di- dan verba pasif tanpa awalan di- plus pelaku. Kalimat-kalimat aktif dapat dijadikan kalimat pasif dengan mengubah unsur objek dijadikan subjek, dan hal itu akan mengakibatkan perubahan bentuk verba predikat berawalan me- menjadi berawalan di-. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
(19) Pengusaha itu meminjami ayah uang.
Kalimat aktif di atas kemudian diubah menjadi kalimat pasif:
(20) Ayah dipinjamiuang oleh pengusaha itu
Kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif dengan unsur pelaku pronomina persona (kata ganti orang) pertama, kedua, dan ketiga dapat juga memiliki bentuk yang berbeda dengan kalimat pasif di atas.Perbedaan ini terdapat pada predikat yang tidak berawalan di-.Verba pengisi predikat kalimat pasif ini adalah verba yang diperoleh dari verba aktif dengan menanggalkan awalan me-.Sebagai pengganti awalan di-, penanda verba pasif, digunakan pronomina persona atau nomina pelaku pada kalimat asal (kalimat aktifnya) seperti contoh ini. 17
(21) Saya sudah mengirimkan lamaran ke kantor.
Kalimat aktif diatas kemudian diubah menjadi kalimat pasif dengan predikat tanpa awalan di-:
(22) Lamaran sudah saya kirimkan ke kantor.
Bagian yang dicetak tebal di atas merupakan predikat kalimat.Pada kalimat pasif jenis ini, verba pasif tidak berupa sebuah kata, tetapi berupa gabungan dua kata, yaitu verba transitif tanpa awalan di- atau me- dan unsur pelaku yang dalam kalimat aktif berfungsi sebagai subjek.Kalimat pasif juga dapat ditandai oleh predikat verba pasif yang berawalan ter-.Kalimat yang berpredikat veba berawalan ter- memperlihatkan bahwa subjek dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat dan mempunyai makna tidak disengaja.Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
(23) Kaki saya terinjak orang.
Di samping itu, kalimat pasif dalam pengertian tidak disengaja dapat juga ditandai oleh kata kena.Seperti dalam contoh berikut.
(24) Mereka kena tipu orang .
Selain berciri verba berawalan di-, ter, dan kata kena, kalimat pasif ditandai oleh verba berimbuhan ke- -an. Verba jenis ini amat terbatas jumlahnya dan biasanya berhubungan dengan peristiwa alam, seperti kalimat berikut.
(25) Anak-anak kehujanan sepanjang jalan.
18
3) Kalimat Medial
Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku dan penderita.Kalimat (26) dan (27) merupakan contoh kalimat medial.
(26) Dia mengobati luka hatinya.
(27) Aku menampar wajahku.
4) Kalimat Resiprokal
Kalimat resiprokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan sesuatu perbuatan yang saling berbalas-balasan (Cook, 1971: 49).Kalimat (28) adalah contoh kalimat resiprokal.
(28) Anwar sering sekali baku hantam dengan tetangganya.
(29) Kita harus tolong menolong dalam kebajikan.
2.2.5 Kalimat Dipandang dari Segi Ada atau Tidaknya Unsur Negatif pada Frasa Verba Utama
Dipandang dar segi ada atau tidaknya unsur negatif pada frasa verba utamanya, kalimat dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu (1) kalimat afirmatif, dan (2) kalimat negatif (Cook, 1971:49).
1) Kalimat Afirmatif
Kalimat afirmatif atau kalimat pengeshan adalah kalimat yang pada frasa verbal utamanya tidak terdapat unsur negatif atau unsur penindakan, atau unsur 19
penyangkalan. Kalimat (30) dan (31) merupakan contoh kalimat afirmatif dalam bahasa Indonesia.
(30) Robby menjual pisang.
(31) Ani memasak nasi.
2) Kalimat Negatif
Kalimat negatif atau kalimat penyangkalan adalah kalimat yang pada frasa verbal utamanya terdapat unsur negatif atau unsur penyangkalan.Kalmat (32) dan (33) merupakan contoh kalimat negatif, yang ditandai dengan negasi tidak dan bukan.
(32) Saya tidak mengenal orang itu
(33) Saya bukan anak Pak Wawan, melainkan anak Pak Ucok.
2.2.6 Kalimat Dipandang dari Segi Kesederhanaan dan Kelengkapan Dasar
Dipandang dari segi kesederhanaan, serta kelengkapan yang terdapat pada dasar, kalimat dapat dibeda-bedakan ke dalam tiga jenis, yaitu (1) kalimat formata, (2) kalimat transformata, dan (3) kalimat deformata.
1) Kalimat Formata
Kalimat formata atau kalimat tersusun rapih (well formed sentences) adalah kalimat tunggal dan sempurna, yang terdiri atas satu dan hanya satu klausa bebas, yaitu suatu klausa yang menurut kriteria formal dapat berdiri sendiri dalam bahasa tertentu, sebagai suatu kalimat sempurna (a major sentece). Rangkaian 20
atau perangkat kalimat yang tersusun rapi ini mengandung inti sebagai asuatu anak-perangkat (subset). Kalimat inti (atau kernel sentences) adalah kalimat yang memenuhi lima ciri, yaitu (a) tungal, (b) sempurna, (c) pernyataan, (d) aktif, dan (e) afirmatif. Setiap kalimat yang memenuhi kelima ciri distingtif itu adalah kalimat inti; setiap kalimat yang tidak memenuhi persyaratan tersebut disebut kalimat turunan atau derived sentence.
2) Kalimat Transformata
Kalimat transformata atau kalimat transformasi (transformed sentences) adalah kalimat lengkap, tetapi bukan kalimat tunggal.Kalimat transormata ini mencakup kalimat bersusun dan kalimat majemuk.Kalimat-kalimat tersebut adalah kalimat lengkap karena terdiri atas, sekurang-kurangnya, dari satu klausa bebas, tetapi bukan merupakan bagian dari kalimat inti sebab bukan kalimat tunggal. Kalimat-kalimat ini dapat diturunkan dari kalimat-kalimat tunggal dengan penerapan proses perangkaian dan penggabungan (Cook, 1971: 49).
3) Kalimat Deformata
Kalimat deformata atau kalimat tak sempurna (incomplete sentences) adalah kalimat tunggal yang tak sempurna, tidak lengkap.
Kalimat-kalimat ini meliputi struktur-struktur klausa terikat, struktur-struktur non-klausa yang terdapat dalam suatu bahasa sebagai kalimat-kalimat tipe minor. Jika struktur klausa itu hanya partial saja, maka kalimat-kalimat ini dapat 21
diturunkan dari kalimat-kalimat tunggal dan sempurna dengan proses pengguguran (deletion) (Cook, 1971:49).
2.2.7 Kalimat Dipandang dari Segi Posisinya dalam Percakapan
Dipandang dari segi posisinya dalam percakapan, kalimat dapat dibeda-bedakan ke dalam tiga jenis, yaitu (1) kalimat situasi, (2) kalimat urutan, dan (3) kalimat jawaban.
1) Kalimat Situasi
Kalimat situasi atau situation sentences adalah kalimat yang digunakan untuk memulai suatu percakapan. Jika dikaitkan dengan konsep Malinowsky (1923), kalimat situasi dapat dijelaskan juga sebagai kalimat yang memiliki fungsi fatis.
(34) Selamat pagi!
(35) Apa kabar?
Kalimat (34) dan (35) merupakan contoh yang berdimensi fatis karena sering digunakan sebagai kalimat untuk membuka suatu percakapan.Oleh karena itu, kalimat ini tergolong sebagai kalimat situasi.
2) Kalimat Urutan
Kalimat urutan atau sequence sentence adalah kalimat yang menyambung atau meneruskan suatu pembicaraan tanpa mengganti pembicara. Serangkaian kalimat urutan menjelmakan wacana yang hidup atau continous discourses. 22
3) Kalimat Jawaban
Kalimat jawaban atau response sentence adalah kalimat yang menyambung atau meneruskan suatu pembicaraan dengan pergantian pembicara.
(36) Apa kabar?
(37) Kabar baik.
Kalimat (37) merupakan jawaban dari kalimat (36).Dengan demikian, kalimat (37) tergolong sebagai kalimat jawaban.
2.2.8 Kalimat Dipandang dari Segi Konteks dan Jawaban yang Diberikan
Dipandang dari segi konteks atau hubungan kalimat dan jawaban yang diberikan, kalimat dapat dibeda-bedakan ke dalam enam jenis, yaitu (1) kalimat salam, (2) kalimat panggilan, (3) kalimat seruan, (4) kalimat pertanyaan, (5) kalimat permohonan, dan (6) kalimat pertanyaan.
1) Kalimat Salam
Kalimat salam atau greeting sentences adalah suatu formula tetap yang dipergunakan pada pertemuan atau perpisahan, menimbulkan suatu balasan atau jawaban yang tetap yang merupakan ulangan dari salam tersebut.
2) Kalimat Panggilan
Kalimat panggilan atau call sentences adalah kalimat pendek yang ditujukan untuk mendapat perhatian, dan menimbulkan jawaban yang beraneka ragam, umumnya pertanyaan-pertanyaan singkat. 23
3) Kalimat Seruan
Kalimat seruan atau exclamation sentences adalah kalimat pendek yang biasanya berpola tetap dengan intonasi tertentu, timbl dari beberapa kejadian yang tak diduga dalam konteks linguistik atau non linguistik. Kalimat ini mungkin tidak menuntut jawaban sama sekali, ataupun suatu jawaban yang berupa seruan atau suatu penguatan ulangan.
4) Kalimat Pertanyaan
Kalimat pertanyaan atau question-sentence adalah kalimat pendek yang biasanya berpola tetap dengan intonasi tertentu, timbul dari beberapa kejadian yang tak diduga dalam konteks linguistik atau nonlinguistik. Kalimat ini mungkin tidak menuntut jawaban sama sekali, ataupun suatu jawaban yang berupa seruan atau suatu penguatan ulangan.
5) Kalimat Permohonan
Kalimat permohonan atau request sentence adalah kalimat yang menuntut responsi perbuatan selain daripada gerakan-gerakan tangan yang biasa dilakukan untuk mengiringi salam dan panggilan. Responsi perbuatan tersebut dapat pula dibarengi oleh responsi linguistik tertentu.
6) Kalimat Pernyataan
Kalimat pernyataan atau statement-sentence adalah kalimat yang menuntut responsi linguistik atau nonlinguistik yang disebut tanda perhatian attention 24
signal. Kalimat-kalimat pernyataan inilah yang biasanya membangun bagian terbesar suatu wacana.
2.3 Unsur-unsur Kalimat
Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu sekurang-kurangnya terdapat predikat dan subjek, baik disertai objek, pelengkap, atau keterangan maupun tidak, bergantung kepada tipe verba predikat kalimat tersebut.Suatu untaian kata yang tidak memiliki predikat disebut frasa.Untuk menentukan predikat suatu kalimat, dapat dilakukan dengan memerikas ada tidaknya verba (kata kerja) dalam untaian kata itu.Selain verba, predikat suatu kalimat dapat pula berupa adjektiva dan nomina.Dalam bentuk lisan, unsur subjek dan predikat itu dipisahkan jeda yang ditandai oleh pergantian intonasi.Relasi antarkedua unsur ini dinamakan relasi predikatif, yaitu relasi yang memperlihatkan hubungan subjek dan predikat.Sebaliknya suatu unsur disebut frasa jika unsur itu terdiri dari dua kata atau lebih, tidak terdapat predikat di dalamnya, dan satu dari kata-kata itu sebagai inti serta yang lainnya sebagai pewatas atau penjelas.Biasanya frasa itu mengisi tempat subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan.Relasi kata yang menjadi inti dan kata yang menjadi pewatas/penjelas ini dinamakan sebagai atributif.Mengenai hal tersebut dapat dilihat dalam contoh (38) sebagai berikut. (38) Anak kecil itu // pandai sekali. 25
Unsur anak kecil itu (subjek) yang menjadi intinya adalah anak.Dalam unsur itu, anak tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur subjek.Demikian juga, pandai sekali intinya adalah pandai karena kata pandai tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur predikat.Contoh (2) merupakan kalimat karena terdapat dua unsur yang menjadi syarat dari suatu kalimat.Rangkaian kata anak kecil itu mewakili unsur subjek, sedangkan pandai sekali mewakili unsur predikat. Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Hal tersebut bergantung pada modus kalimat yang diproduksi oleh penutur. Dengan kata lain, untaian kata yang diawali dengan huruf kapital pada kata pertama dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya adalah kalimat menurut pengertian kaidah ejaan (tata tulis). Untuk mengecek apakah kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat kaidah tata bahasa, perlu dikenal ciri-ciri subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.Kalimat yang benar harus memiliki kelengkapan unsur kalimat.Selain itu, pengenalan ciri-ciri unsur kalimat ini juga berperan untuk menguraikan kalimat atas unsur-unsurnya.
2.3.1 Subjek
2.3.1.1 Pengertian Subjek
Di dalam telaah sintaksis, pengertian subjek mengadnung empat konsep, yaitu (1) konsep gramatikal, (2) konsep kelas kata, (3) konsep semantis, dan (4) konsep pragmatis. Konsep gramatikal menyoroti subjek menyoroti subjek dari 26
segi struktur sintaksis. Konsep kelas kata meneropong subjek dari segi kategori kata. Konsep semantis menyoroti sbujek dari segi peran semantis. Konsep pragmatris, menyoroti subjek dari segi penyajian informasi. Batasan tradisional mengenai istilah subjek, yaitu tentang apa yang diperkatakan, merupakan sorotan subjek dari segi makna. Sedangkan, pengidentikan subjek dengan nomina oleh kebanyakan tatabahasawan (Holander, 1983; Alisyahbana, 1978; Lyons, 1968) merupakan penyorotan subjek dari segi kategori kata, serta pemakaian istilah topik (Hocket, 1958:301) merupakan penyorotan subjek dari segi penyajian informasi. Pemakaian istilah subjek psikologis, gramatikal, dan subjek logis merupakan penyorotan subjek dari segi pragmatis, gramatikal, semantis. Pemakaian ketiga macam istilah subjek itu dapat dilihat dalam contoh berikut. (40a) Pak Kosim baru membeli motor.
subjek psikologis subjek gramatikal subjek logis
Nagh Itulah tadi sekilas pembahasan tentang struktur Kalimat semoga akan menambahkan wawasan dalam pembelajar bahasa indonesia yang baik dan benar.
0 Komentar untuk "Pembahasan Tentang Struktur Kalimat"